Selasa, 29 Desember 2009

PADA SUNNAH ADA KEJAYAAN


Konon ketika perang salib sedang hebat-hebatnya ada satu unit tentara Kristen yang sudah jatuh mental dan ciut nyali sebelum bertempur. Apa sebabnya? Ternyata menurut mata-mata tentara Kristen yang mengintai dari kejauhan mereka melihat pasukan Islam memakan kayu, jadi tak terbayangkan bagaimana ganasnya tentara islam jika bertempur karena makanannya adalah kayu. Sungguh, peristiwa tadi menggelikan, karena apa yang dikira oleh tentara Kristen itu adalah sebuah kekeliruan yang konyol, sebab sebenarnya yang dilakukan tentara Islam adalah bersiwak (membersihkan mulut dan gigi dengan batang kayu siwak) sesuai dengan anjuran nabi:

Dari Ibnu Umar dari Nabi saw bersabda, "Bersiwaklah kalian karena ia membaguskan mulut, mendatangkan ridha Rabb yang Mahasuci lagi Mahatinggi." (HR. Ahmad dan dishahihkan oleh al-Albani dalam Shahih at-Targhib wa at-Tarhib nomor 210)

Dari cerita di atas terbukti sudah bahwa pada sunnah ada kejayaan.

Rasulullah SAW bersabda:

Man ahya sunnati faqad ahabbani, wa man ahabbani, ka na ma'i fil jannah. (barangsiapa yang menghidupkan sunnahku, maka dia mencintai aku, dan barangsia yang mencintai aku, dia akan bersama-sama aku di dalam syurga)..

Menghidupkan sunnah di jaman sekarang ini tidaklah mudah, terlebih lagi begitu gencarnya serangan pemikiran (ghozwul fikr) baik dari golongan kafir maupun golongan liberal dan ahlul bid'ah dari umat islam itu sendiri.

Contoh yang mudah adalah; apabila lalat hinggap dalam kuah makanan maka yang harus dilakukan segera adalah membenamkan lalat itu seluruhnya ke dalam kuah tadi. Apa alasannya?

Karena Nabi SAW bersabda :

"Apabila seekor lalat jatuh ke dalam gelas salah seorang dari kalian, maka celupkanlah lalat itu lalu angkatlah (buanglah) karena pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap satunya terdapat obat."." [Shahîh al-Bukhârî, bâb Idzâ Waqo'a adz-Dzubâb fî Syarôbi Ahadikum, XI:99, hadîts no. 3073]

Cukup jelas bukan bahwa Nabi memerintahkan demikian, lantas apa alasannya jika enggan melakukannya, apakah jijik, takut sakit atau lainnya?

Saya pernah menyarankan seorang teman untuk berbekam (hijamah), namun tidak ada respon positif padahal saya uraikan hadits Nabi SAW sebagai jaminan yang berbunyi:

Selama Aku Berjalan pada malam isra mi'raj bersama para malaikat, Mereka selalu berkata "Hai Muhammad, suruhlah umatmu berbekam". Sesaat setelah Isra Mi'raj, Rasulullah juga menyatakan, sebagaimana diriwayatkan Abdullah ibnu Mas'ud, bahwa ia tidak melewati sejumlah malaikat melainkan mereka semua menyuruh Beliau dengan mengatakan,? Perintahkanlah umatmu untuk berbekam!?. Bahkan dengan tegas, Nabi Muhammad menyatakan,? Kesembuhan (obat) itu ada pada tiga hal; dengan minum madu, pisau hijamah (bekam), dan dengan besi panas. Dan aku melarang umatku dengan besi panas.? (Hadits Bukhari).

Mendengar hadits tersebut teman saya malah berargumen ngawur yang intinya dia tidak mau, padahal sebelumnya dia sudah mencoba pengobatan metode China, India, Barat bahkan alternative. Aneh bukan?

Persoalan disini adalah kurang percayanya terhadap apa yang dari sunnah nabi karena dianggap tidak ilmiah, kuno atau yang lainnya. Ini semua disebabkan lemahnya aqidah.

Dalam menyikapi sunnah nabi janganlah pertama-tama adalah gunakanlah iman baru kemudian gunakan akal. Jangan kita banyak tanya ataupun sok kritis terhadap hadits-hadits yang sudah pasti keshahihannya dengan dalih tidak bisa dibuktikan secara keilmuan, karena bisa jadi jawaban dari anjuran nabi yang tertulis di hadits itu akan didapatkan dimasa yang akan datang dimana teknologi dan ilmu pengetahuan semakin maju.

Di jaman sekarang ini sudah banyak temuan-temuan oleh para ahli dari barat yang sebenarnya sudah dikabarkan jauh-jauh hari oleh baginda Nabi Muhammad SAW, Subhanallah oleh sebab itu jalanilah sunnah-sunnah Nabi SAW, karena segala ucapan dan tindakan dia berdasarkan wahyu dari Allah Ta'ala. Kalau tidak mengikuti sunnah lantas siapa yang akan kita ikuti sebagai pedoman?


 

Senin, 28 Desember 2009

KEBAHAGIAAN YANG HAKIKI



 

Pak Karta adalah seorang penjaga sebuah Villa di kawasan puncak. Dia memang penduduk sekitar villa itu dan oleh pak Alex sang pemilik villa dia dipercaya sepenuhnya untuk menjaga dan merawatnya. Antara pak Alex dan pak Karta memanglah berbeda, yaitu antara si pemilik dan penjaga. Setiap hari pak Karta tinggal di villa yang indah itu sambil "menikmati" fasilitas yang ada. Bahkan kadang-kadang pak Karta membawa keluarganya untuk sekedar refreshing bersama. Sedangkan pak Alex baru bisa menikmati villanya hanya dua hari setiap akhir pekan dalam sebulan, itupun kadang tidak rutin karena padatnya jadwal pekerjaan hingga terkadang sampai dua bulan tidak pernah berakhir pekan di villanya.

Masing-masing dari mereka ada kelebihan dan kekurangan. Pak Alex meski dia adalah pemilik villa yang sah menurut hukum tetapi dia hanya cukup puas untuk menyandang status "pemilik", sedangkan pak Karta yang cuma menjaga dan merawat tetapi dia bisa menikmati fasilitas yang bukan miliknya. Anda bisa melihat jelas sekali ada lebih dan kurang pada mereka.

Mungkin sebagian orang mengira bahwa dengan menjadi sosok seperti pak Alex akan memperoleh kebahagiaan. Padahal, sesungguhnya mungkin pak Alex kurang puas menikmati kebahagiaan di villanya sendiri, malahan yang mengisi hari-hari divilla itu adalah pak Karta beserta keluarga. Dan bisa jadi pak Karta juga kurang puas karena villa itu bukan miliknya hingga dia kurang leluasa bergerak.

Baik pak Alex maupun pak Karta tidak akan pernah memperoleh kebahagiaan yang sempurna selama hidup didunia ini, karena kesenangan dan kebahagiaan di dunia tidaklah sempurna. Di satu sisi dirasakan kebahagiaan namun di sisi lain masih ada yang kurang, dan perlu untuk diketahui bahwa pemilik sejati semua benda di dunia ini adalah Allah, hingga suatu saat Allah pasti akan memintanya kembali.

Lantas dimanakah kebahagiaan yang sesungguhnya itu ada? Jawabannya adalah di surga yang kenikmatannya kekal dan tidak terputus-putus. Disanalah kita akan menjadi "pemilik" yang benar-benar memiliki dimana segala kenikmatan yang belum pernah kita rasakan atau pun kita khayalkan dapat kita rasakan selama-lamanya. Dan untuk meraih surga Allah adalah kita harus melewati hidup di dunia ini dengan penuh keimanan dan ketaqwaan seperti yang dikatakan dalam Al-Qur'an :

'Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih mereka itu adalah sebaik-baiknya makhluk.  Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah Surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya' (QS. Al Bayyinah : 7-8).

Dan di dalam surga kelak kita akan mendapatkan kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada bandingnya di dunia ini serta tidak bisa kita gambarkan.

Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka surga Adn, mengalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat-istirahat yang indah; (QS. Al-Kahfi : 31)

Mulailah dari sekarang kita berhaRap mendapat kebahagiaan yang sifatnya abadi bukan sementara.

Jumat, 25 Desember 2009

MANGAN ORA MANGAN NGUMPUL


Sering dengar istilah itu? Kalo anda orang jawa mestinya sudah nggak asing lagi, apalagi istilah itu sudah "mengindonesia" atau mungkin sudah go internasional. Istilah mangan ora mangan ngumpul ternyata ada sejarahnya lho..

Mangan ora mangan ngumpul secara istilah dalam bahasa Indonesia sering diartikan dengan kekeluargaan dan kebersamaan, hal ini mungkin benar kalo dilihat secara umum orang Jawa itu sangat kekeluargaan, tenggang rasa dan kebersamaan. Tapi terkadang mangan ora mangan ngumpul sering dipandang secara setereotipe oleh orang non Jawa sebagai karakter orang Jawa yang nggak suka merantau karena kalo diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya adalah makan tidak makan kumpul. Hal ini tidak seluruhnya benar sebab kalau kita lihat penyebaran etnis jawa cukup luas, yaitu hampir di setiap pelosok nusantara ini ada orang Jawa,bahkan di negeri Belanda, Kaledonia, Suriname dan negara sekitar Asia Tenggara banyak orang Jawa yang menetap secara turun menurun hingga beberapa generasi.

Nah, kapan istilah mangan ora mangan ngumpul itu berawal? Pastilah banyak jawaban. Tapi ada beberapa sumber yang mengatakan istilah ini muncul pasca perang Diponegoro. Setelah ditangkapnya pangeran Diponegoro secara licik oleh Belanda maka usailah jihad yang berkobar di tanah Jawa, tapi bukan berarti usai juga semangat jihad yang berkobar di dada orang-orang Jawa. Dalam kondisi yang sulit di bawah tekanan Belanda yang semakin ganas, orang-orang Jawa atau Selam (artinya Islam dalam ucapan Jawa) juga merasakan kelaparan dan krisis multi dimensi akibat peperangan yang dahsyat. Kesulitan inilah yang dimanfaatkan oleh Belanda untuk memadamkan api Jihad orang Jawa sekaligus memurtadkannya, perlu diketahui pada saat itu hampir 100% orang Jawa adalah beragama Islam atau disebut wong selam.

Usaha-usaha Belanda dalam rangka memerangi umat Islam selain dengan kekerasan dilakukan pula dengan program bantuan dan kasih sayang. Banyak orang yang lemah iman terpikat dengan bantuan makanan, kesehatan dan ekonomi yang sebenarnya adalah jebakan hingga lambat laun menjadi murtad ataupun kalau tidak menjadi "Islam KTP" menurut istilah sekarang.

Adapun bagi yang kuat iman dan aqidahnya tetap tidak tergiur atas segala usaha pemurtadan dari Belanda. Mereka berprinsip apapun yang terjadi, walau dalam keadaan super sulit sekalipun tetap dalam Islam. Mulai saat itulah muncul semboyan "mangan ora mangan ngumpul" yang artinya secara bahasa adalah "makan nggak makan kumpul" namun secara istilah diartikan sebagai seruan agar tidak murtad sekaligus ejekan bagi yang yang telah murtad.

Kesimpulannya adalah ternyata istilah "mangan ora mangan ngumpul" adalah merupakan prinsip aqidah yang kokoh bagi orang Jawa.

Nasehat dari sahabat


ketika wajah ini penat karena memikirkan dunia, maka berwudhulah..

ketika tangan ini letik karena menggapai cita-cita, maka bertakbirlah..

ketika pundak terasa berat memikul amanah, maka bersujudlah..

ikhlaskan semua dan mendekatlah kepadanya,

agar tunduk di saat yang lain angkuh

agar teguh di saat yang lain runtuh

agar tegar di saat yang lain terlempar

Kamis, 24 Desember 2009

Mau terkabulkan permohonan, tahajudlah!


Sebagai makhluk yang berakal pasti kita punya keinginan, apalagi yang masih muda-muda so pasti berderet impian yang tentu saja diharapkan menjadi kenyataan. Cara yang paling awal dan mudah dalam rangka mewujudkan cita-cita dan impian kita adalah dengan berdoa. Di bawah ini ada cara mujarab supaya doa kita dikabulkan yaitu dengan berdoa setelah sholat tahajud.

Kenapa mesti tahajud? Karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengabarkan pada umatnya (yang artinya):

"Rabb kita Tabaraka wa Ta'ala turun pada setiap malam ke langit dunia, ketika masih tersisa sepertiga malam terakhir. Dia berfirman: 'Siapa yang berdoa kepadaKu, niscaya Aku mengabulkannya, siapa yang memohon kepadaKu, niscaya Aku memberinya, siapa yang meminta ampun kepadaKu niscaya Aku mengampuninya!"

Nah.. udah jelaskan? Apa lagi yang mesti diragukan??? Tunggu apa lagi ayo sholat tahajud! Banyak lho keutamaannya seperti :

  1. Diberi kedudukan (makam) yang terpuji

    "Dan pada sebagian malam hari berTahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Semoga Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (al-israa':79)

  2. Allah akan mengangkatnya ketempat terpuji
  3. Shalat yang nilainya lebih utama setelah shalat wajib
  4. Digolongkan kedalam orang yang berbuat baik. Dan mendapat Rahmat Allah
  5. Digolongkan kedalam orang yang berbakti bagi yang biasa mengerjakannya
  6. Allah SWT memberi kesaksian bahwa mereka beriman kepada ayat-ayatnya
  7. Allah menolak menyamakan mereka dengan orang-orang yang tidak memiliki sifat seperti mereka
  8. Menjadi sabar dan kokoh iman

Masih ada lagi pengaruh tahajud dalam kehidupan seperti di bawah ini:
Menguatkan rohani

Cocok bagi anda yang gampang stress.

  1. Do'a nya mustajab

    Uraiannya sudah ada di atas

  2. Diberi ketenangan dan kesabaran

    Sudah pasti kalo orang yang tenang dan sabar itu pasti bakalan sukses

  3. Diangkat ketempat yang terpuji

    Pasti kita mendapat pandangan yang baik Di setiap arena pergaulan (yang baik)

  4. Kata-katanya berbobot dan didengar

    Mau pendapat, usul maupun saran kita didengar atau nasehat kita menyentuh hati? Tahajudlah!

Okey.. mulai nanti malam tahajud ya…!!

Wong Fei Hung (Faisal Hussein Wong) Adalah Muslim (Ulama)


Selama ini kita hanya mengenal Wong Fei Hung sebagai jagoan Kung fu dalam film Once Upon A Time in China. Dalam film itu, karakter Wong Fei Hung diperankan oleh aktor terkenal Hong Kong, Jet Li. Namun siapakah sebenarnya Wong Fei Hung?

Wong Fei Hung adalah seorang Ulama, Ahli Pengobatan, dan Ahli Beladiri legendaris yang namanya ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional China oleh pemerintah China. Namun Pemerintah China sering berupaya mengaburkan jatidiri Wong Fei Hung sebagai seorang muslim demi menjaga supremasi kekuasaan Komunis di China.
Wong Fei-Hung dilahirkan pada tahun 1847 di Kwantung (Guandong) dari keluarga muslim yang taat. Nama Fei pada Wong Fei Hung merupakan dialek Canton untuk menyebut nama Arab, Fais. Sementara Nama Hung juga merupakan dialek Kanton untuk menyebut nama Arab, Hussein. Jadi, bila di-bahasa-arab-kan, namanya ialah Faisal Hussein Wong.

Ayahnya, Wong Kay-Ying adalah seorang Ulama, dan tabib ahli ilmu pengobatan tradisional, serta ahli beladiri tradisional Tiongkok (wushu/kungfu). Ayahnya memiliki sebuah klinik pengobatan bernama Po Chi Lam di Canton (ibukota Guandong). Wong Kay-Ying merupakan seorang ulama yang menguasai ilmu wushu tingkat tinggi. Ketinggian ilmu beladiri Wong Kay-Ying membuatnya dikenal sebagai salah satu dari Sepuluh Macan Kwantung. Posisi Macan Kwantung ini di kemudian hari diwariskannya kepada Wong Fei Hung.

Kombinasi antara pengetahuan ilmu pengobatan tradisional dan teknik beladiri serta ditunjang oleh keluhuran budi pekerti sebagai Muslim membuat keluarga Wong sering turun tangan membantu orang-orang lemah dan tertindas pada masa itu. Karena itulah masyarakat Kwantung sangat menghormati dan mengidolakan Keluarga Wong.

Pasien klinik keluarga Wong yang meminta bantuan pengobatan umumnya berasal dari kalangan miskin yang tidak mampu membayar biaya pengobatan. Walau begitu, Keluarga Wong tetap membantu setiap pasien yang datang dengan sungguh-sungguh. Keluarga Wong tidak pernah pandang bulu dalam membantu, tanpa memedulikan suku, ras, agama, semua dibantu tanpa pamrih.

Secara rahasia, keluarga Wong terlibat aktif dalam gerakan bawah tanah melawan pemerintahan Dinasti Ch’in yang korup dan penindas. Dinasti Ch’in ialah Dinasti yang merubuhkan kekuasaan Dinasti Yuan yang memerintah sebelumnya. Dinasti Yuan ini dikenal sebagai satu-satunya Dinasti Kaisar Cina yang anggota keluarganya banyak yang memeluk agama Islam.

Wong Fei-Hung mulai mengasah bakat beladirinya sejak berguru kepada Luk Ah-Choi yang juga pernah menjadi guru ayahnya. Luk Ah-Choi inilah yang kemudian mengajarinya dasar-dasar jurus Hung Gar yang membuat Fei Hung sukses melahirkan Jurus Tendangan Tanpa Bayangan yang legendaris. Dasar-dasar jurus Hung Gar ditemukan, dikembangkan dan merupakan andalan dari Hung Hei-Kwun, kakak seperguruan Luk Ah-Choi. Hung Hei-Kwun adalah seorang pendekar Shaolin yang lolos dari peristiwa pembakaran dan pembantaian oleh pemerintahan Dinasti Ch’in pada 1734.

Hung Hei-Kwun ini adalah pemimpin pemberontakan bersejarah yang hampir mengalahkan dinasti penjajah Ch’in yang datang dari Manchuria (sekarang kita mengenalnya sebagai Korea). Jika saja pemerintah Ch’in tidak meminta bantuan pasukan-pasukan bersenjata bangsa asing (Rusia, Inggris, Jepang), pemberontakan pimpinan Hung Hei-Kwun itu niscaya akan berhasil mengusir pendudukan Dinasti Ch’in.

Setelah berguru kepada Luk Ah-Choi, Wong Fei-Hung kemudian berguru pada ayahnya sendiri hingga pada awal usia 20-an tahun, ia telah menjadi ahli pengobatan dan beladiri terkemuka. Bahkan ia berhasil mengembangkannya menjadi lebih maju. Kemampuan beladirinya semakin sulit ditandingi ketika ia berhasil membuat jurus baru yang sangat taktis namun efisien yang dinamakan Jurus Cakar Macan dan Jurus Sembilan Pukulan Khusus. Selain dengan tangan kosong, Wong Fei-Hung juga mahir menggunakan bermacam-macam senjata. Masyarakat Canton pernah menyaksikan langsung dengan mata kepala mereka sendiri bagaimana ia seorang diri dengan hanya memegang tongkat berhasil menghajar lebih dari 30 orang jagoan pelabuhan berbadan kekar dan kejam di Canton yang mengeroyoknya karena ia membela rakyat miskin yang akan mereka peras.

Dalam kehidupan keluarga, Allah banyak mengujinya dengan berbagai cobaan. Seorang anaknya terbunuh dalam suatu insiden perkelahian dengan mafia Canton. Wong Fei-Hung tiga kali menikah karena istri-istrinya meninggal dalam usia pendek. Setelah istri ketiganya wafat, Wong Fei-Hung memutuskan untuk hidup sendiri sampai kemudian ia bertemu dengan Mok Gwai Lan, seorang perempuan muda yang kebetulan juga ahli beladiri. Mok Gwai Lan ini kemudian menjadi pasangan hidupnya hingga akhir hayat. Mok Gwai Lan turut mengajar beladiri pada kelas khusus perempuan di perguruan suaminya.

Pada 1924 Wong Fei-Hung meninggal dalam usia 77 tahun. Masyarakat Cina, khususnya di Kwantung dan Canton mengenangnya sebagai pahlawan pembela kaum mustad’afin (tertindas) yang tidak pernah gentar membela kehormatan mereka. Siapapun dan berapapun jumlah orang yang menindas orang miskin, akan dilawannya dengan segenap kekuatan dan keberanian yang dimilikinya. Wong Fei-Hung wafat dengan meninggalkan nama harum yang membuatnya dikenal sebagai manusia yang hidup mulia, salah satu pilihan hidup yang diberikan Allah kepada seorang muslim selain mati Syahid. Semoga segala amal ibadahnya diterima di sisi Allah Swt dan semoga segala kebaikannya menjadi teladan bagi kita, generasi muslim yang hidup setelahnya. Amiin.

Rabu, 23 Desember 2009

Bercanda Boleh, Tapi


oleh Ummu Mufais Selasa, 23/06/2009 07:54 WIB

Sering kali saya dengar dari beberapa teman bahwa kalau ngobrol sama si A kadang kurang asyik, karena dia orangnya kurang lentur alias kurang banyak ngomong dan terlalu jaga imej, atau kadang mereka mengatakan kata mbak ini, kita jangan terlalu begini dan jangan terlalu begitu, wah....pokoknya masih banyak lagi komentar-komentar yang kita dengar dari teman-teman. Saya jadi bingung juga menjawabnya, karena saya orangnya santai dan senang bercanda juga, sementara di lain fihak mereka juga menghargai saya, maksudnya di samping bercandanya saya, saya selalu menanamkan kebaikan untuk mereka.

Pernah ada seorang teman saya bertanya " Mi...memangnya bercanda di haramkan ya...? " kaget juga saya saat mendengar pertanyaan itu, karena saya bingung bagaimana teman saya itu bisa berkesimpulan demikian, mungkin mereka melihat ada seseorang yang gak pernah bercanda sama sekali, atau dia pernah di tegur saat sedang bercanda. Wallahu´alam.

Memang bercanda itu ada batasnya, tapi bukan berati bercanda itu tidak boleh. Rosulullah sendiri juga senang bercanda dengan para sahabat juga dengan keluarganya.

Dari Anas radliyallaahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ada seorang laki-laki menemui Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dan berkata: “Wahai Rasulullah, bawalah aku jalan-jalan”. Beliau berkata : “Kami akan membawamu berjalan-jalan menaiki anak unta”.

Laki-laki itu pun menukas : “Apa yang bisa kuperbuat dengan anak unta?”. Beliau berkata : “Bukankah setiap unta adalah anak ibunya?”

(HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya dalam kitab Al-Adab – 92 bab Riwayat tentang Bersendau-Gurau hadits no. 3998 (V : 270) dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud III : 943 no. 4180. Dikeluarkan juga oleh At-Tirmidzi dalam kitab Al-Birr – 57 bab Riwayat tentang Bersendau-Gurau hadits no. 1992 (VI : 207)).

Atau dalam riwayat lain, ketika ada seorang nenek tua bertanya pada Nabi SAW :
" Ya Rosulullah, apakah aku bisa masuk syurga " Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam lalu menjawab : “Tidak ada perempuan tua yang masuk surga”, lalu nenek itu menangis. Kemudian beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam membaca ayat : “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari itu) dengan langsung. Dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan “ (Al-Waaqi’ah : 35-36) (HR. Tirmidzi dalam Syamail 240 dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Ghayatul-Maram 375).

Jadi intinya kita di perbolehkan bercanda, asalkan dalam canda itu tidak ada kedustaan sehingga membuat orang yang mendengarkannya tertawa :

Dalam hadist lain di katakan :

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu diriwayatkan bahwa ia berkata : “Orang-orang bertanya : ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau juga mengajak kami bercanda?’. Beliau menjawab : ‘Ya, tapi aku hanya mengatakan sesuatu apa adanya (tanpa berdusta) “ (HR. Tirmidzi dalam kitab Al-Birr wash-Shilah – 57 bab Riwayat tentang Sendau-Gurau 1991; dan beliau berkata : “Hadits ini hasan shahih”

Dan Rosulullah SAW sendiri mengancam orang-orang yang bercanda dengan kedustaan, untuk membuat orang yang mendengarkannya tertawa :

Sabdanya : “Neraka Wail bagi orang yang berbicara lalu berdusta untuk melucu (membuat orang tertawa); neraka Wail baginya, neraka Wail baginya “ (HR. Abu Dawud dalam kitab Al-‘Adab – 88, bab Ancaman Keras terhadap Dusta; hadits no. 3990 dan dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud III : 942 no. 4175).
Na´udzubillahi mindzalik.

Jadi dalam bercanda kita juga punya rambu-rambu yang harus di patuhi, bukan hanya mematuhi rambu-rambu lalu lintas saja dan janganlah rambu-rambu ini kita langgar, karena bisa saja rambu-rambu lalu lintas kita langgar lantaran polisi penjaganya tidak ada di tempat, tetapi rambu-rambu dalam islam tidak bisa kita langgar, walaupun tidak ada orang yang tahu, namun polisi dalam Islam tidak pernah tertidur atau mengantuk, bahkan tidak pernah istirahat, DIA yang Maha Kuasa senantiasa menjaga dan melihat kelakuan kita, kita bisa berbohong pada manusia tetapi kita tidak akan pernah bisa berbohong kepada Allah SWT. Apa lagi Allah SWT senantiasa menyuruh para tentaranya menjaga kita, yaitu Malaikat pencatat amal baik dan amal buruk, jadi mana mungkin semua apa yang kita lakukan tidak pernah di ketahui oleh Nya.

Kita senang melihat orang lain tertawa dengan kelucuan yang kita buat, padahal kelucuan dan candaan kita penuh dengan kedustaan, nanti suatu hari Allah akan mempertanyakan semua itu. Dengan di larangnya bercanda yang penuh dengan kedustaan, bukan berati kita tidak boleh bercanda, contohnya saja Rosulullah SAW, beliau pun bercanda dangan para sahabat, candaan yang penuh nasehat dan kecintaan, agar para sahabat tidak merasa jenuh. Juga bukan berarti kalau kita tidak pernah bercanda dengan teman-teman, maka teman-taman jadi akan menghargai kita, itu adalah pemikiran yang salah, justru ketika kita terlihat angkuh dan kurang rilex di depan teman-teman, maka mereka akan beranggapan kita sombong atau terlalu jaga imej, yang akhirnya menjadi pergunjingan yang kurang sedap dan merekapun malas untuk banyak-banyak berbicara dengan kita, lantaran takut salah.

Adakalanya kita mengklaim bahwa dalam berdakwah itu harus tegas dan menunjukkan sikap berwibawa, padahal justru malah sebaliknya, ketika kita terlihat seperti itu, bisa jadi jarang sekali pengikutnya, apa lagi bila kita berdakwah di kalangan orang-orang awam yang masih minim sekali pengetahuan agamanya. Sulit sekali untuk mengajak mereka kalau wajah kita terlihat serius dan angker.

Para sahabat Rasulullah SAW suka tertawa tapi iman di dalam hati mereka bagai gunung yang teguh. Seperti Na'im dia adalah seorang sahabat yang paling suka bergurau dan tertawa. Mendengar kata-kata dan melihat gelagatnya saja, Rasulullah SAW turut tersenyum.

Maka kesimpulannya, Bercanda boleh-boleh saja dalam agama tidak di larang kok, tapi....ada tapinya bercanda harus jujur, tidak di penuhi dengan kebohongan, bercanda tidak boleh keterlaluan apa lagi sampai tertawa terbahak-bahak, karena itu akan mematikan hati.

Seperti dalam Sabda Rosulullah SAW :

Rosulullah Shollallahu 'alaihi wassalam pernah bersabda,
"Jauhilah oleh kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa dapat mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah" (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani)

Wallahu´alam bisshawab

Antara Shalat dan Maksiat

"Sesungguhnya shalat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar." (QS. 29 : 45)

Berdasarkan zahir ayat ini, setiap orang yang shalat tidak akan melakukan perbuatan keji dan mungkar. Tapi, hal ini bertentangan dengan realita di lapangan. Banyak orang shalat tapi mencuri, korupsi, bohongnya tetap jalan. Bahkan, ada orang yang shalat tapi ia tetap melakukan dosa besar.

Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa beberapa sahabat menanyakan kepada Rasulullah saw perihal seseorang yang suka berbuat maksiat, tapi shalat tidak pernah dia tinggalkan. Rasulullah saw menjawab "Suatu saat nanti shalatnya akan mencegahnya dari maksiat itu." Tidak lama kemudian terdengar kabar bahwa orang itu telah tobat.

Jika kita tinjau dari sisi bahasa mencegah atau melarang adalah semacam perintah untuk meninggalkan sesuatu. Larangan sebagaimana perintah bukan berarti membelenggu dan merantai sehingga orang tidak bisa bergerak. Tapi dia tak lebih dari ajakan yang meminta seseorang untuk meninggalkan sesuatu. Merupakan tabiat sebuah ajakan bahwa terealisasi atau tidaknya larangan tersebut kembali kepada orang yang dilarang. Seperti ketika Allah melarang manusia berbuat dosa. Tapi tetap saja ada manusia yang melakukannya.

Diantara keajaiban shalat, ia menghadirkan perasaan menyesal dan bersalah pada orang yang melakukan maksiat. Berbeda dengan ibadah lainnya yang bisa diolah setan untuk dijadikan pembenaran terhadap sebuah kesalahan. Seperti ibadah zakat. Seorang koruptur dan perampok –dengan bisikan setan- merasa bahwa dengan mengeluarkan zakat korupsi dan perampokannya akan diampuni. Atau setan membisikan bahwa tindakan korupsinya adalah sebuah tindakan yang benar karena menjadi jalan kebaikan bagi orang miskin yang menerima zakat. Sehingga dia semakin semangat untuk melakukan aksinya itu. Sementara ketika shalat, bisikan-bisikan pembenaran terhadap maksiat biasanya tidak muncul. Yang muncul dan menghantui justru perasaan bersalah dan menyesal. Sehingga orang yang melakukan maksiat sebelum shalat biasanya untuk berdoa tidak percaya diri.

Bagi seorang yang menjaga shalat sekaligus pecandu maksiat penyesalan dan perasaan bersalah akan terus menghantui selama dia menjaga shalatnya. Minimal lima kali sehari perasaan itu mengetuk dan membuat nuraninya memberontak.

Agar terhindar dari perasaan itu dia terdesak pada dua pilihan, menunaikan shalat dan meninggalkan maksiat atau tetap bermaksiat tapi meninggalkan shalat. Salah satu dari dua pilihan itu mesti dia ambil. Jika tidak, perasaan itu akan terus muncul minimal lima kali sehari, yaitu ketika dia shalat.

Orang yang mengambil pilihan pertama, menjaga shalat dan meninggalkan maksiat, pada awalnya barangkali akan merasa berat ketika godaan-godaan maksiat itu datang. Namun ketika shalat dia akan aman dan khusu' bebas dari penyesalan dan perasaan bersalah. Sehingga,dia pun percaya diri ketika menengadahkan tangan berdoa kepada-Nya. Sementara yang mengambil pilihan kedua, tetap bermaksiat dan meninggalkan shalat akan semakin larut dalam maksiatnya. Perasaan bersalah dan menyesal yang selama ini muncul lima kali sehari sudah tidak ada lagi. Semakin lama dia akan semakin larut dan terkubur dalam jurang maksiat. Pilihan itu mesti dia ambil karena shalat dan maksiat selamanya tidak akan bisa disatukan. Wallahua'lam