Sering dengar istilah itu? Kalo anda orang jawa mestinya sudah nggak asing lagi, apalagi istilah itu sudah "mengindonesia" atau mungkin sudah go internasional. Istilah mangan ora mangan ngumpul ternyata ada sejarahnya lho..
Mangan ora mangan ngumpul secara istilah dalam bahasa Indonesia sering diartikan dengan kekeluargaan dan kebersamaan, hal ini mungkin benar kalo dilihat secara umum orang Jawa itu sangat kekeluargaan, tenggang rasa dan kebersamaan. Tapi terkadang mangan ora mangan ngumpul sering dipandang secara setereotipe oleh orang non Jawa sebagai karakter orang Jawa yang nggak suka merantau karena kalo diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya adalah makan tidak makan kumpul. Hal ini tidak seluruhnya benar sebab kalau kita lihat penyebaran etnis jawa cukup luas, yaitu hampir di setiap pelosok nusantara ini ada orang Jawa,bahkan di negeri Belanda, Kaledonia, Suriname dan negara sekitar Asia Tenggara banyak orang Jawa yang menetap secara turun menurun hingga beberapa generasi.
Nah, kapan istilah mangan ora mangan ngumpul itu berawal? Pastilah banyak jawaban. Tapi ada beberapa sumber yang mengatakan istilah ini muncul pasca perang Diponegoro. Setelah ditangkapnya pangeran Diponegoro secara licik oleh Belanda maka usailah jihad yang berkobar di tanah Jawa, tapi bukan berarti usai juga semangat jihad yang berkobar di dada orang-orang Jawa. Dalam kondisi yang sulit di bawah tekanan Belanda yang semakin ganas, orang-orang Jawa atau Selam (artinya Islam dalam ucapan Jawa) juga merasakan kelaparan dan krisis multi dimensi akibat peperangan yang dahsyat. Kesulitan inilah yang dimanfaatkan oleh Belanda untuk memadamkan api Jihad orang Jawa sekaligus memurtadkannya, perlu diketahui pada saat itu hampir 100% orang Jawa adalah beragama Islam atau disebut wong selam.
Usaha-usaha Belanda dalam rangka memerangi umat Islam selain dengan kekerasan dilakukan pula dengan program bantuan dan kasih sayang. Banyak orang yang lemah iman terpikat dengan bantuan makanan, kesehatan dan ekonomi yang sebenarnya adalah jebakan hingga lambat laun menjadi murtad ataupun kalau tidak menjadi "Islam KTP" menurut istilah sekarang.
Adapun bagi yang kuat iman dan aqidahnya tetap tidak tergiur atas segala usaha pemurtadan dari Belanda. Mereka berprinsip apapun yang terjadi, walau dalam keadaan super sulit sekalipun tetap dalam Islam. Mulai saat itulah muncul semboyan "mangan ora mangan ngumpul" yang artinya secara bahasa adalah "makan nggak makan kumpul" namun secara istilah diartikan sebagai seruan agar tidak murtad sekaligus ejekan bagi yang yang telah murtad.
Kesimpulannya adalah ternyata istilah "mangan ora mangan ngumpul" adalah merupakan prinsip aqidah yang kokoh bagi orang Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar